Dalam memenuhi tugas mata
kuliah Studi Islam Asia Tenggara, mahasiswa IAI Tafaquh Fiddin Dumai melakukan Field Reaseach ke Istana Kesultanan Siak
Sri Indrapura. Penelitian ini dilaksanakan pada hari sabtu 21 april 2018 .
Dalam penelitian lapangan ini
di ikuti oleh 30 mahasiswa dan mahasiswi dari Fakultas Tarbiyah dari dua
Program Studi, yaitu Program Studi Pendidikan Agama Islam dan Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam. Dalam penelitian ini di damping langsung oleh dosen
pengampu mata kuliah dan Ketua Prodi MPI.
Dalam penelitian ini para
mahasiswa di beri tugas untuk menggali data dan informasi terkait sejarah
Kesultanan Siak Sri Indrapura dan masuknya Islam ke tanah Melayu Siak. Dalam
penggalian informasi , mahasiswa di bagi menjadi 5 kelompok agar lebih mudah
dan lebih akurat. Data yang di peroleh merupakan data hasil wawancara dengan
nara sumber serta petugas penjaga istana dan makam selain itu juga data
dokumentasi gambar peninggalan bersejarah yang masih ada di dalam istana maupun
yang ada di makam.
Dari penelitian ini diharapkan
mahasiswa agar selalu ingat tentang sejarah masuknya islam, perjuangan para
pahlawan islam yang tidak bisa di balas dengan bermalas-malasan. Serta dapat
menumbuhkan rasa cinta tanah air dan semangat untuk menjaga syiar islam di
Indonesia khususnya dan asia tenggara umumnya.
Istana Siak
Sebuah kerajaan Melayu Islam terbesar di
Riau telah meninggalkan jejak yang cantik di muka bumi. Itulah Istana Siak yang
berada di Kabupaten Siak, Riau. Istana ini dibangun saat kepemimpinan Sultan
Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889.
Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin atau
Sultan Syarif Kasim II adalah sultan ke-12 (sultan terakhir) Kesultanan Siak.
Syarif merupakan anak dari Sultan Syarif Hasyim I yang merupakan sultan ke 11 Kerajaan
Siak hasil pernikahan dengan permaisuri Tengku Yuk. Syarif Kasim lahir di Siak
Sri Indrapura, Riau, 1 Desember 1893 dan meninggal di Rumbai, Pekanbaru, Riau,
23 April 1968 pada umur 74 tahun.
Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin
Di Istana Siak Anda dapat melihat beragam
koleksi warisan kerajaan berupa kursi singgasana yang bersepuh emas, duplikat
mahkota kerajaan, brankas kerajaan, tombak, payung kerajaan, patung perunggu
Ratu Wihemina, serta alat musik komet yang hanya ada dua di dunia. Saat ini
beberapa koleksi benda antik dari Istana Siak Sri Indrapura disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Istana Siak memiliki perpaduan
arsitektur Melayu-Arab-Eropa. Dijuluki sebagai Istana Matahari Timur dan
bernama asli Assiyaratul
Hasyimiah. Pada dinding istananya dihiasi keramik yang
didatangkan dari Prancis. Bangunan istana ini berlantai dua, dimana di lantai
bawah terbagi menjadi 6 ruangan sidang, ruang tamu kehormatan, ruang tamu untuk
laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, dan ruang sidang kerajaan sekaligus
ruang pesta. Sementara lantai atas meliputi 9 ruangan untuk Sultan dan ruang
untuk tamu kerajaan.
Enam patung burung elang menghiasi puncak
istana. Patung-patung ini melambangkan keberanian pihak istana. Sementara di
bagian halaman, tersebar delapan buah senjata yang dulu digunakan sebagai
pertahanan, yakni meriam. Di sisi kiri belakang istana, terdapat bangunan kecil
yang dulu difungsikan sebagai penjara sementara.
Istana ini kini sekarang difungsikan
sebagai perkantoran, rumah tinggal, penginapan, dan toko oleh penduduk. Istana
Siak dan ratusan benda pusaka di dalamnya dikelola Yayasan Amanah Sultan Syarif
Kasim dimana pengurusnya masih keturunan Sultan Siak.
Kerajaan Siak sendiri merupakan kerajaan
yang berdiri lebih dari dua abad, yaitu tahun 1723 hingga 1946. Kerajaan Siak
awalnya adalah pecahan dari Kerajaan Melayu yaitu antara Sultan Abdul Jalil
Rahmat Syah (Raja Kecil) dan Sultan Suleiman yang dibantu oleh Bugis. Sultan
Abdul Jalil akhirnya tersingkir dan berpindah tempat yaitu ke Johor, Bintan,
Bengkalis, hingga akhirnya ke pedalaman Sungai Siak, di Buantan sekitar 10 km
di hilir kota Siak Sri Indrapura sekarang. Kerajaan Siak berkali-kali berpindah
ibu kota yaitu di Buantan, Mempura, Senapelan, Mempura, dan terakhir di Kota
Tinggi atau Siak Sri Indrapura.
Capailah lokasi komplek indah ini dari
sebelah timur Pekanbaru selama 4 jam perjalanan hingga Anda tiba di Kabupaten
Siak Sri Indrapura. Istana Kesultanan Siak Sri Indrapura terletak di tepi
Sungai Siak yang dulu disebut Sungai Jantan. Istana Siak ini bisa dicapai lewat
darat atau sungai.
Kabupaten Siak sendiri awalnya merupakan
wilayah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan
Siak. Barulah pada tahun 1999 berubah menjadi Kabupaten Siak dengan ibu kotanya
Siak Sri Indrapura.
Selama berkeliling berikut ini ada
tempat-tempat menarik untuk Anda hayati nilai historisnya.
Masjid Syahabuddin yang merupakan
masjid kerajaan yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Kasim I. Bangunan
masjidnya masih mempertahankan bentuk aslinya dengan denah 21, 6 X 18, 5 m.
Makam Sultan Kasim
II yang
merupakan sultan terakhir yang meninggal pada 23 April 1968. Berbentuk 4 undak
dari tegel dan marmer berukuran panjang 305 cm, lebar 153 cm, dan tinggi 110 m.
Nisan tersebut terbuat dari kayu bermotif suluran dengan bentuknya bulat
silinder bersudut 8, berdiameter 26 cm. Bentuknya berupa kelopak bunga teratai.
Temukan makam ini di belakang Masjid Syahabuddin,
Jembatan Siak berangka tahun 1899, berdiri di atas
sungai yang diduga sebagai parit pertahanan kompleks istana. Jembatan ini
berada sekitar 100 meter disebelah Tenggara kompleks Istana Siak Sri Indrapura.
Kapal Kato adalah kapal dengan panjang 12 m dan
berat 15 ton. Kapal besi berbahan bakar batu bara ini adalah milik Sultan Siak
yang digunakan untuk berkunjung ke daerah kekuasaannya. Temukan Monumen Kapal
Kato ini di pinggir Sungai Siak.